HATI-HATI'' VITAMIN BISA BIKIN KURUS

Diposting oleh jaka JPI Kamis, 24 Februari 2011


Siapa bilang vitamin bisa menambah nafsu makan? Justru vitamin bisa bikin si kecil makin kurus kalau kelebihan.

Hati-hati, pemberian vitamin secara berlebih dapat menimbun dalam tubuh si kecil hingga timbul efek samping; terutama golongan vitamin yang tak larut dalam air seperti vitamin A, D, E, dan K.

"Kelebihan vitamin A bisa mengakibatkan kepala jadi pusing-pusing," terang Dr.Najib Advani SpAK., MMed., Paed. dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Bahkan, vitamin yang larut dalam air pun semisal vitamin C, juga tak boleh diberi dalam dosis tinggi. "Kelebihan vitamin C menimbulkan batu pada ginjal, disamping mengakibatkan iritasi lambung hingga lambung terasa perih." Apalagi jika pemberiannya dalam jangka waktu lama, "anak jadi ketergantungan vitamin C. Istilah kedokterannya, rebound."

Itulah mengapa, dokter sangat "pelit" kala dimintai resep vitamin, sekalipun vitamin si kecil yang dulu ia resepkan sudah habis. Soalnya, pemberian vitamin untuk bayi dan anak memang tak dianjurkan buat seumur hidup.

Tak menambah nafsu makan

Umumnya, orang tua memberi vitamin pada bayi untuk tujuan menambah berat badan karena vitamin dipercaya bisa menambah nafsu makan. Bahkan, saking vitamin dianggap mujarab mengatasi anak sulit makan, sering terjadi orang tua setengah memaksa dokter agar memberikan vitamin. Sekalipun pola makan anaknya sudah bagus dan badannya juga gemuk.

Padahal, tak ada satu pun vitamin yang berkhasiat menambah nafsu makan secara langsung. Sekalipun saat si kecil tak mau makan lantaran sakit dan dokter memberinya vitamin, juga bukan karena vitamin tersebut bisa menambah nafsu makan, melainkan agar asupan gizi si kecil enggak kurang. "Kecuali jika bayi kekurangan vitamin B Kompleks, karena dampaknya memang bikin orang jadi kurang nafsu makan."

Jadi, jangan percaya omong kosong yang mengatakan vitamin dapat menambah nafsu makan. Jangan pula menganggap, semakin gemuk bayi berarti semakin bagus. Justru kalau si kecil yang sudah kurus kerap dikasih vitamin sementara tubuhnya enggak kekurangan vitamin, barulah kita boleh merasa malu.

Jangan lupa, kelebihan vitamin bisa menyebabkan iritasi lambung. Akibatnya, si kecil malah jadi tak mau makan. Kalau sudah begitu, bukannya ia bertambah berat badan malah tubuhnya jadi makin kurus. Nah, ini, kan, sama saja kita merawatnya dengan tak baik. Bukan begitu?

Konsultasi Dokter

Lagi pula, sebagai orang awam, agak sulit buat kita mendeteksi si kecil kekurangan vitamin atau tidak. Apalagi pada kasus yang tak terlalu berat (marginal). Selain, ciri kekurangan vitamin harus pula dilihat kasus per kasus. Misal, kekurangan vitamin A, "biasanya di bagian putih mata akan terlihat keruh. Bila didiamkan, lama-lama akan timbul bercak," jelas Najib.

Kekurangan vitamin A juga bisa membuat si kecil sering mengalami infeksi semisal radang tenggorokan. Bukan berarti bila si kecil mengalami radang tenggorokan maka ia kekurangan vitamin A, lo. Jadi, jangan dibalik, ya, Bu-Pak.

Kemudian soal berat badan, juga bukan ukuran mutlak anak kekurangan vitamin. "Memang, sering anak yang kurang vitamin, berat badannya juga kurang. Namun enggak bisa dibalik bahwa anak yang kurus berarti kurang vitamin." Anak-anak yang kekurangan vitamin, terang Najib, metabolisme tubuhnya juga kurang baik hingga berat badannya berkurang.

Jadi, yang terbaik tentulah berkonsultasi lebih dulu pada dokter, apakah si kecil memang perlu vitamin. "Biasanya dokter akan melihat dulu pola makannya. Jika sudah bagus, ya, enggak perlu vitamin." Misal, bayi yang mengkonsumsi ASI. "Bila gizi ibu cukup dan asupan vitaminnya pun baik, berarti bayinya tak mutlak perlu vitamin tambahan. Diharapkan dari ASI sudah terpenuhi kebutuhan bayi."

Begitu pula bayi yang mengkonsumsi susu formula, "bila susu formulanya sudah mengandung vitamin dengan kadar yang cukup berdasarkan Recommended Daily Allowences atau kebutuhan tiap hari bayi, maka bayi tak perlu tambahan vitamin." Namun dengan catatan, pola menyusunya juga baik, lo.

Jikapun si kecil kurus dan sulit makan, dokter juga enggak akan langsung kasih vitamin tapi melihat kasusnya dulu. Misal, si kecil tak suka makan sayur dan buah berarti ia butuh vitamin C. Nah, vitamin C inilah yang diberikan.

Empat Kondisi

Umumnya, dokter memberikan vitamin pada bayi bila mengalami salah satu atau lebih dari 4 kondisi berikut:

1. Pola makannya tak bagus.

Kadang bayi mau makan atau minum susu tapi kadang tidak. Misal, bayi usia 4 bulan tak menyusu dengan baik, padahal di usia ini ia belum memperoleh makanan tambahan. Jelas ia butuh vitamin. Namun apa vitamin yang dibutuhkannya, dokterlah yang lebih tahu.

2. Saat sakit atau baru sembuh dari sakit.

Dalam kondisi ini, bayi perlu vitamin. Biasanya bayi yang baru sakit kurang nafsu makan dan kebutuhan vitaminnya pun meningkat. Jadi, agar asupan gizinya cukup, ia boleh menerima vitamin. Setelah sehat kembali, pemberian vitamin dihentikan.

3. Berat badan rendah.

Bayi dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kg juga perlu tambahan vitamin. Berat badan rendah bisa disebabkan bayi lahir prematur (belum cukup bulan). Biasanya bayi prematur kekurangan zat besi hingga yang dibutuhkan adalah suplemen zat besi. Di pasaran sebenarnya ada formula khusus untuk bayi prematur. Ini bisa diberikan hingga vitamin tak mutlak perlu.

Lain hal pada bayi lahir cukup bulan tapi kecil, jelas perlu tambahan vitamin. Biasanya bayi kecil yang lahir cukup bulan ini disebabkan ada masalah di plasenta ketika bayi masih di kandungan, hingga suplai makanan dari ibu ke janin kurang bagus. Makanya, ia lahir dengan berat badan rendah.

4. Tak terkena sinar matahari.

Bayi yang tak terkena sinar matahari butuh vitamin, khususnya suplemen vitamin D. Namun kasus ini biasanya terjadi di negara empat musim. Ketika musim dingin tiba, bayi, kan, tak bisa dibawa keluar karena bisa kedinginan dan matahari pun jarang ada.

Di dalam kulit, terang Najib, ada bahan untuk membuat vitamin D. Namun untuk memproduksi vitamin D, kulit perlu terkena sinar matahari dulu. "Jadi, bila tak ada sinar matahari, proses tersebut tak bisa berlangsung."

Di negeri kita tentulah jarang sekali terjadi bayi kekurangan vitamin D. Bukankah negeri kita kaya akan sinar matahari? Terlebih lagi, ibu-ibu Indonesia biasanya kerap menjemur bayinya di waktu pagi kala mentari baru menampakkan dirinya.

Kebutuhan Mineral

Selain vitamin, pemberian mineral pun tak boleh berlebihan. Bila gigi si kecil tak jua erupsi, misal, jangan buru-buru memberinya suplemen kalsium karena belum tentu ia membutuhkannya. Lagi pula, usia normal erupsi gigi antara 6 hingga 12 bulan. Toh, ini pun bukan patokan pasti karena ada juga bayi yang sudah erupsi di usia lebih awal semisal 4 bulan. Pasalnya, terang Najib, erupsi gigi juga dipengaruhi faktor bawaan anak.

Jadi, bila si kecil menyusunya bagus dan makannya pun baik namun ia belum juga erupsi gigi, berarti ia tak butuh tambahan kalsium. Bukankah kebutuhannya akan kalsium sudah dipenuhi dari susu? Jangan lupa, susu kaya akan kalsium. Sebaliknya, bila si kecil sudah erupsi gigi namun minum susunya kurang, ia jelas butuh suplemen kalsium.

Tentu bukan cuma kalsium. Mineral lain seperti fosfor dan fluor pun tak boleh berlebihan. Fluor, misal, penting untuk kekuatan gigi. Asupan fluor didapat dari air minum. Bila kadar air minum kurang dari 0,3 PPm (part per million), maka dibutuhkan suplementasi fluor; bisa dalam bentuk tablet atau multivitamin. Namun bila kadarnya sudah 0,3 PPm atau lebih, "tambahan fluor jelas tak diperlukan lagi."

0 komentar

Posting Komentar